Jawaban atas ketakutan.
Allah Ta’ala berfirman :
(۞……… وَلَا تَقۡتُلُوۤا۟ أَوۡلَـٰدَكُم مِّنۡ إِمۡلَـٰقࣲ نَّحۡنُ نَرۡزُقُكُمۡ وَإِیَّاهُمۡۖ …….۞
“…..janganlah membunuh anak-anakmu karena miskin, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka;….”
Dalam ayat lain, Allah Ta’ala berfirman :
(وَلَا تَقۡتُلُوۤا۟ أَوۡلَـٰدَكُمۡ خَشۡیَةَ إِمۡلَـٰقࣲۖ نَّحۡنُ نَرۡزُقُهُمۡ وَإِیَّاكُمۡۚ إِنَّ قَتۡلَهُمۡ كَانَ خِطۡـࣰٔا كَبِیرࣰا)
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kami-lah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar.” [Surat Al-Isra’: 31]
Perhatikan 2 ayat di atas, fokuskan pada ayat yang ditebalkan serta diberi garis bawah!
Mengapa dalam ayat yang pertama Allah mengedepankan KAMU dibanding anak-anakmu dalam jawaban atas ketakutan akan kemiskinan tersebut?
Sedangkan pada ayat kedua, Allah Ta’ala mengedepankan MEREKA (anakmu) dibanding kamu itu sendiri?
Mengapa demikian?
Ini adalah satu jawaban telak atas rasa takut para orang tua, sehingga mereka memilih untuk membunuh anak-anak mereka karena takut jatuh miskin (pada zaman itu tentunya).
Dan ketakutan tersebut bisa berasal dari 2 sisi.
Ada yang takut diri mereka akan jatuh miskin ketika memiliki anak, maka Allah kedepankan kata KAMU dalam jaminan-Nya.
Ada pula yang mendasari takutnya dengan kekhawatiran akan kehidupan sang anak ketika hadir di dunia ini, maka Allah kedepankan kata MEREKA (anak-anak) dalam jaminan penghidupannya.
Maka, apapun bentuk ketakutan setiap anak manusia, maka pada Allah ada jaminannya.
Lantas, pantaskah ketakutan-ketakutan seperti itu dikembangbiakkan?
Kalau kau takut kau jatuh miskin, ingat
نَّحۡنُ نَرۡزُقُكُمۡ وَإِیَّاهُمۡۖ
Kalau kau khawatir kehidupan anak-anakmu, ingat
نَّحۡنُ نَرۡزُقُهُمۡ وَإِیَّاكُمۡۚ
Masihkah hendak menahan?
Untuk saudara yang memilih tak memiliki keturunan. Yakinkah dengan pilihan saudara?