1. Tidak ikhlas dalam menuntut ilmu, dimana para penuntut ilmu tidak mendasari belajar mereka karena niat yang murni hanya untuk beribadah kepada Allah تعالى. Abdullah Ibnul Mubarak berkata “awal dari ilmu adalah niat, kemudian mendengar, kemudian memahami, kemudian menghafalkan, kemudian mengamalkan, lalu menyebarkan” Jami’ bayanil ilmi (1/118).
2.Tidak mengamalkan ilmu yang telah dipelajari. Rasulullah bersabda: “tidak akan bergeser kedua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang ilmunya apa yang telah ia kerjakan di dalamnya, tentang harta nya dari mana dia dapatkan dan untuk apa dia belanjakan, dan tentang tubuhnya untuk apa dia gunakan’? HR Tirmidzi (4/612). Para ulama berkata bahwa “kami menggunakan amal sebagai bantuan untuk menghafalkan ilmu” jami’ fi bayanil ilmi (2/11).
3.Belajar otodidak tanpa panduan Ulama, hal ini sangat fatal dan sangat besar bahayanya. Pertama karena guru dapat menunjukkan keterangan secara ringkas kepada murid yang tidak dia temukan di buku. Kedua, bisa jadi murid baru membaca satu atau dua buku yang mana sang guru telah membaca puluhan buku atau bahkan ratusan buku dalam ilmu yang sedang dipelajari, sehingga dia mengira bahwa dia sudah mengetahui ilmu itu secara detail padahal dia baru di awal jalan. Ketiga, ketika terjadi kesalahan dalam cetakan buku atau kesalahan dalam buku itu sendiri murid tidak bisa mengoreksi, berbeda dengan guru yang sudah berpengalaman. dll.
4.Berguru kepada anak kecil yang belum berpengalaman atau kepada ahli bid’ah padahal ada syekh yang mumpuni dalam ilmu yang sama. Hal ini tidak berarti tidak boleh mengambil faidah dari ilmu orang yang lebih muda, akan tetapi hal ini lebih kepada menghindari fitnah dan agar setiap orang diposisikan pada posisinya masing-masing.
5.Instan dalam belajar. Fenomena instan di jaman sekarang adalah kawan kita sehari hari. Semuanya serba instan tak terkecuali belajar ilmu. Padahal para ulama kita dahulu selalu menasehatkan agar menuntut ilmu secara bertahap mulai dari yang dasar hingga ilmu yang tinggi baik dalam satu bidang ilmu ataupun lintas disiplin ilmu. Bahkan Al Qur’an pun Allah turunkan kepada Nabi secara bertahap da berangsur. Dalam hal ilmu syar’i menghafal Al Qur’an dan bahasa arab adalah modal utama, barang siapa yang belum melakukan keduanya jangan harap dapat menguasai ilmu yang lainnya.
6.Terpukau pada diri sendiri dan sombong. Hal ini adalah penghalang utama dari ilmu, sombong dan ujub merupakan tembok tebal yang menghalangi seorang penuntut ilmu dari mendengarkan orang lain. Ingatlah bahwa penuntut ilmu yang rendah hati lebih banyak ilmunya dibanding yang tinggi hati, sebagaimana tanah yang rendah lebih banyak airnya daripada tanah yang tinggi.
7.Tidak sabar dan ingin segera memanen buah ilmu. Banyak penuntut ilmu mengira bahwa ilmu itu bagaikan sesuap nasi yang bisa dia makan kapan saja. Setelah satu atau dua tahun dia menghayalkan menjadi seorang ahli dan pakar dalam bidang ilmu yang dia pelajari. Al Imam As Sya’bi ketika beliau ditanya “dari mana semua ilmu yang anda dapatkan ini?” beliau menjawab: “dengan tidak bergantung pada manusia, berkelilling dunia, bersabar seperti benda mati, dan selalu berangkat pagi layaknya seekor gagak pergi”. Al Imam As Syafi’i berkata “tidak ada seorangpun yang bisa mencapai derajat ini (ulama) hingga dia merasakan perihnya kemiskinan dan dia lebih mendahulukannya dari pada apapun”
8.Tidak memiliki tekad yang kuat. Terkadang kita lihat yang sudah lama belajar namun tidak berusaha untuk faham, di sisi yang lain ada orang yang mudah faham namun malas belajar. Al Mutanabbi pernah mengatakan: “dan aku tidak pernah meliaht aib yang paling memalukan, daripada orang yang mampu namun mereka tidak mencapai kesempurnaan”. Mudah patah semangatnya, mudah mengeluh mulutnya, mudah menyerah ketika dia rasa ilmu yang ia pelajari susah. “jadilah orang yang kakinya menapak di bumi, namun tekad dan cita-citanya melayang tinggi di angkasa”.
9. dan 10. Suka berangan angan ditambah suka menunda pekerjaan. Tidakkah kita ingat firman Allah (فاستبقوا الخيرات) berlomba-lombalah dalam kebaikan?! ingatlah waktu kita di dunia tidak lama, jangan berpanjang angan jika kau hanya terdiam tidak pernah beranjak dari kasurmu. Mimpi-mimpi itu menunggu untuk kau wujudkan, bukan kau terus terbujur mengoleksi mimpi di atas kasur.
disarikan dari kitab: عوائق الطلب karya Syekh عبد السلام برجس
-Ustadz Achmad Handika-