Diantara keagungan Allah ta’ala, ia sembunyikan hikmah-hikmah dari setiap perintah-Nya. Agar ketundukan hamba menjadi sempurna dengan ketidaktahuan mereka akan hikmah di balik setiap perintah tersebut.
Puncak ketinggian yakinnya seorang hamba adalah ketika keyakinannya terhadap hal-hal ghaib benar-benar menancap di dalam hati. Dengan keimanan ini, ia menjadi tinggi dan mulia.
Bukankah termasuk ayat-ayat pertama dalam mushaf Alquran, penjelasan tentang orang-orang yang bertaqwa? Allah ta’ala berfirman :
…هدى للمتقين, الذين يؤمنون بالغيب…
Allah ta’ala menjelaskan bahwa diantara sifat orang-orang bertaqwa yang utama adalah; beriman kepada perkara ghaib.
Bukankah Abu bakr Ash-shiddiq mendapat gelar kebanggan tersebut karena percaya tanpa ragu akan perkara yang disampaikan oleh Rasulullah shallahu alaihi wasallam, padahal semuanya ghaib di hadapannya?
Begitu pula, hikmah-hikmah yang ada di setiap perintah dan larangan Allah, ada yang bisa dicerna oleh akal, ada pula yang tak sanggup dicerna olehnya.
Maka, keyakinan akan besarnya hikmah yang ada dibalik setiap syariat islam yang hanif ini, walaupun ia tak dapat diketahui secara dzahir, akan membawa seorang hamba kepada bentuk penghambaan yang paling khusyuk, yakni menyerahan seluruh perkara hanya kepada Allah, dengan penuh ketundukan, dengan penuh kerendahan.