Artikel Hangat
Beranda / Adab / Menjaga Hak Allah dan Memahami Takdir

Menjaga Hak Allah dan Memahami Takdir

Dari Abul ‘Abbas Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau mengatakan, Saya pernah berada di belakang Nabi ﷺ (di atas hewan tunggangan, -pent), kemudian beliau bersabda,

“Wahai anakku, aku akan mengajarkanmu beberapa kalimat:

Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu.

Jagalah Allah, niscaya engkau akan temui Dia di hadapanmu.

Jika meminta sesuatu, mintalah kepada Allah.

Jika meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah.

Ketahuilah, andaikan semua umat berkumpul untuk memberikan suatu manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak akan mampu memberikan manfaat tersebut kepadamu kecuali sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu, dan andaikan semua umat berkumpul untuk memberikan suatu bahaya kepadamu, niscaya mereka tidak akan mampu memberikan bahaya tersebut kecuali bahaya yang telah Allah tetapkan untuk menimpamu.

Pena takdir telah diangkat dan lembaran catatan amal telah kering.”

(Diriwayatkan oleh At-Turmudzi, beliau mengatakan, Hadits ini hasan shahih)

POIN-POIN PENTING

  • Bolehnya membonceng di atas kendaraan atau hewan tunggangan seperti onta dan semisalnya, selama masih berada dalam batas kemampuannya.
  • Perkataan seorang guru kepada muridnya bahwa ia akan mengajarinya sesuatu akan menambah rasa penasaran si murid dan menambah semangat belajarnya.
  • Perintah untuk senantiasa menjaga hak-hak Allah.
  • Balasan atas perbuatan seseorang – pada umumnya – akan sesuai dengan perbuatan yang ia lakukan.
  • Siapa saja yang menyia-nyiakan Allah, maka Allah akan berpaling darinya dan tidak akan menjaganya.
  • Perintah untuk bersandar dan bertawakkal kepada Allah, serta memohon pertolongan kepada-Nya. Namun, tidak mengapa meminta pertolongan kepada selain Allah dengan syarat tidak mengandung maksiat ataupun kesyirikan dan yang dimintai tolong mampu melakukannya; berdasarkan sabda Nabi ﷺ, “Menolong orang dalam menaiki kendaraannya atau dalam mengangkat barang bawaannya ke kendaraannya termasuk sedekah.”
  • Kelemahan seluruh makhluk dan kebutuhan mereka kepada Allah.
  • Peringatan dan penegasan bahwa orang yang hidup di dunia ini akan menghadapi musibah, oleh karena itu sepantasnya untuk terus bersabar.
  • Ridha terhadap seluruh takdir Allah.

Wallahu Ta’ala A’lam.

——————————————–

📚 Sumber: At-Tuhfah Ar-Robbaniyyah, karya Syeikh Ismail al-Anshory

Kendari, 19 Dzulhijjah 1438H.

Diedit kembali di Kendari, 27 Dzulqi’dah 1441H.

👤 Iben Mukhlis al-Bugishy.

Tentang Fadhil

Fadhil
LIPIA Jakarta

Check Also

Untuk penyeru kepada Tauhid

Bagian 1 dari nasihat Syaikh Shalih Sindi -hafidzahullah- Dakwah kepada Tauhid adalah sebuah amalan mulia, …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *