Sebagian masyarakat mempunyai anggapan bahwa seseorang yang lahir dengan memiliki bintang A -misalnya- atau zodiak tertentu maka dia akan hidup bahagia, sedangkan orang yang mempunyai bintang B -misalnya- maka dia akan hidup susah. Bagaimanakah agama Islam menyikapi hal ini? Apakah ilmu ini sama dengan ilmu tentang benda langit (astronomi)? Apa korelasi antara keduanya? Berikut ini pembahasannya:
Dari (Abdullah) Ibnu ‘Abbas rodhiyallahu ‘anhuma bahwa beliau berkata, “Dahulu Nabi ﷺ pernah bersabda,
” من اقتبس علما من النجوم اقتبس شعبة من السحر زاد مازاد “.
“Barangsiapa yang mempelajari suatu ilmu perbintangan maka dia telah mempelajari sebagian dari sihir, semakin banyak yang dia pelajari semakin banyak pula sihir yang dia pelajari”.
Pembahasan Pertama: Keabsahan Hadits
Hadits ini sah, sampai kepada Nabi ﷺ(shohih), diriwayatkan oleh:
- Imam Ahmad dalam Musnad-nya, dari hadits Abdullah bin Abbas no. 2000 jilid 3 halaman 454, dishohihkan isnadnya oleh Syuaib Arnauth.
- Abu Dawud dalam Sunan-nya, Bab Tentang Perbintangan, dari hadits Abdullah bin Abbas no. 3907 jilid 4 halaman 22, dihasankan oleh syaikh Albani.
- Ibnu Majah dalam Sunan-nya, Bab Tentang Mempelajari Ilmu Bintang, dari hadits Abdullah bin Abbas no. 3726, jilid 2, halaman 1228, dihasankan oleh syaikh Albani.
Pembahasan Kedua: Penjelasan Hadits
1.Pengertian Ilmu Perbintangan
Ilmu perbintangan adalah ilmu yang mempelajari matahari, bintang, bulan dan benda langit lainnya. Pembagian ilmu perbintangan
Ilmu perbintangan terbagi menjadi 2, dilihat dari sisi pemanfaatannya:
- Ilmu Tasyir atau Astronomi yaitu ilmu yang mempelajari pergerakan benda-benda langit untuk digunakan dalam menentukan mata angin, arah kiblat, musim dan sebagainya dengan metodologi dan pendekatan ilmu pengetahuan. Ilmu ini bukan yang dimaksud dalam hadits ini.
- Ilmu Ta’tsir atau Astrologi yaitu ilmu yang mempelajari benda-benda langit untuk mengetahui hal-hal yang akan terjadi di masa yang akan datang dan pengaruh bintang terhadap nasib baik dan buruk manusia. Masuk dalam jenis ini zodiac dan sejenisnya. Jenis ilmu inilah yang dimaksud dalam hadits ini.
2.Makna Hadits
Nabi ﷺ dalam hadits ini memberikan kabar sekaligus sebagai larangan dan ancaman, bahwa orang yang mempelajari ilmu Astrologi maka ia telah mempelajari sebagian ilmu sihir yang diharamkan dalam syariat, dan semakin ia memperdalam ilmu ini semakin dalam juga ilmu sihirnya, hal ini dikarenakan dalam Astrologi ia berusaha menentukan hal yang gaib, seperti menyingkap kejadian yang akan terjadi di masa depan atau nasib baik buruknya.
3.Hukum Ilmu Perbintangan
Para ulama memberikan perincian terhadap masing-masing jenis ilmu perbintangan berdasarkan penggunaanya, yaitu sebagai berikut:
- Ilmu Ta’tsir (عِلْمُ التَّأثِيْرِ) atau Astrologi:
- Meyakini bahwa bintang-bintang atau benda langit lainnya memiliki kemampuan memberikan pengaruh, atau menciptakan kejadian, nasib atau kebaikan atau keburukan maka ini hukumnya syirik akbar.
- Meyakininya sebagai sarana untuk mengaku dan mendakwakan diri mengetahui hal gaib maka ini hukumnya juga merupakan syirik besar.
- Meyakini bahwa Allah sajalah satu-satunya yang menciptakan kebaikan dan keburukan sebagai ujian bagi manusia, akan tetapi ia juga meyakini bahwa Allah menjadikan bintang-bintang dan benda langit sebagai sebab kebaikan dan keburukan maka ini hukumnya syirik kecil.
4.Hikmah Penciptaan Bintang
Para ulama juga menyebutkan hikmah penciptaan bintang-bintang yang disimpulkan dari ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi ﷺdi antaranya:
- Menghias dan memperindah langit.
- Pelempar setan yang berusaha mencuri berita langit.
- Penunjuk arah mata angin.
Pembahasan Ketiga: Beberapa Faidah Dari Hadits dan Penerapannya
- Ilmu perbintangan yang dilarang di hadits ini adalah Ilmu Ta’tsir atau Astrologi yaitu ilmu yang mempelajari benda-benda langit untuk mengetahui hal-hal yang akan terjadi di masa yang akan datang dan pengaruh bintang terhadap nasib baik dan buruk manusia.
- Astrologi yang dihukumi syirik besar yaitu:
a.Meyakini bahwa bintang-bintang atau benda langit lainnya memiliki kemampuan memberikan pengaruh,atau menciptakan kejadian, nasib atau kebaikan atau keburukan.
b.Meyakininya sebagai sarana untuk mengaku dan mendakwakan diri mengetahui hal gaib. - Astrologi yang dihukumi syirik kecil yaitu meyakini bahwa Allah sajalah satu-satunya yang menciptakan kebaikan dan keburukan sebagai ujian bagi manusia, akan tetapi ia juga meyakini bahwa Allah menjadikan bintang-bintang dan benda langit sebagai sebab kebaikan dan keburukan.
- Astrologi adalah salah satu bentuk sihir yang bertentangan dengan tauhid.
- Semakin dalam seseorang mempelajari astrologi semakin besar pula sihir yang ia pelajari.
Daftar Pustaka:
- Musnad Imam Ahmad, karya: Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Tahqiq: Syuaib Al-arnauth, Adil Mursyid dan Tim, Penerbit: Muassasah Arrisalah, Cetakan: 1, 2001-1421, Beirut-Lebanon.
- Sunan Abu Dawud, karya: Abu Dawud Sulaiman bin Asyats, Penerbit: Darul Kutub Arabiyah, Beirut-Lebanon.
- Qoul Mufid, karya: Muhammad bin Sholih Al-utsaimin, Muassasah Arrisalah, cetakan: 1 , 1431-2010, Beirut-Lebanon.
- Mulakhosh Syarah Kitab Tauhid, karya: Sholih Alfauzan, penerbit: Dar Ashimah, cetakan: 1, 2001-1422, Riyadh-Saudi Arabia
- Tauhid Muyassar, karya: Abdullah Alhuwail, penerbit: Dar Athlas Khodro, cetakan: 3, 2005-1426, Riyadh-Saudi Arabia.
Subang, 5 Robiul Akhir 1442
R.Tri Mardiwibowo, BA